top of page

MedicaL Facts:

Antibiotik

 

Antibiotik

 

Di zaman kedokteran moderen saat ini, penyakit yang digolongkan pembunuh kelas atas adalah penyakit degeneratif, terutama penurunan fungsi pada organ-orga vital seperti jantung, paru-paru, dan lever. Penyakit ke dua yang tergolong mengerikan adalah berbagai penyakit akibat serangan virus. Serangan virus bahkan memiliki sejarah panjang penyebab pandemi, contohnya adalah wabah cacar (10.000 sebelum Masehi sampai 1979, perkiraan korban mencapai 300-an juta orang), Flu Spanyol (1918-1920, 50juta-100juta orang), hingga serangan virus masa kini yang menyebabkan penyakit pembunuh seperti AIDS, Flu Burung, Flu Babi, Flu Arab, dan sebagainya dengan total jumlah korban jutaan orang dan terus bertambah.

 

Pada masa ini, penyakit akibat serangan bakteri secara umum dianggap tidak lagi berbahaya, penyakit kelas dua, penyakit akibat perilaku jorok, dan masih banyak stigma minor terhadap penyakit akibat bakteri. Padahal bakteri pernah juga menjadi musuh nomor satu umat manusia pada masa lalu. Penyakit typus yang disebabkan bakteri Rickettsia atau pada masa Perang Dunia II dikenal sebagai “demam penjara” (jail fever) telah mengakibatkan sekitar 8 juta orang meregang nyawa. Typus masih merajalela sampai sekarang, tetapi varian maut akibat bakteri Rickettsia sudah jarang ditemukan, yang masih banyak adalah typus akibat serangan bakteri Salmonella typhii yang relatif lebih mudah ditangani.

 

Sejarah Antibiotik

Penyakit akibat serangan bakteri "turun kelas" setelah ditemukan obat anti bakteri yang dikenal sebagai antibiotik. Antibiotik  adalah zat yang diproduksi oleh mikroorganisme  tertentu yang berfungsi menghambat atau memunahkan mikroorganisme lain yang menginfeksi seseorang. Bawang merah, bawang putih, dan rempah-rempah yang sering kita gunakan untuk mengolah makanan sehari-hari secara alami memproduksi zat antibiotik. Saat ini hampir semua jenis zat yang dihasilkan mikroorganisme antibiotik telah bisa dibuat tiruannya (antibiotik sintetis) dan bekerja sebaik zat produksi alami mikroorganisme antibiotik.

 

Pada 1926, Alexander Fleming menemukan Penisillin, suatu zat yang dihasilkan oleh jamur yang mampu menghambat pertumbuhan bahkan membunuh bakteri. Inilah antibiotik pertama yang berhasil ditemukan manusia. Pada 1939, Edward Chain dan Howard Florey melanjutkan studi Penisillin dan melakukan percobaan penggunaan Penisillin pada manusia. Eksperimen Chain dan Florey menjadi pintu pembuka penemuan dan penggunaan antibiotik untuk melawan infeksi bakteri yang pada masa itu sering berakibat fatal. Fleming, Florey dan Chain pun berbagi Penghargaan Nobel tahun 1945.

 

Jenis antibiotik lain yang kemudian ditemukan dan populer misalnya Tetrasiklin, antibiotik dengan spektrum luas yang efektif melawan bakteri Hemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia psittaci, Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhoeae, dan banyak lagi. Obat pertama dari keluarga Tetrasiklin yakni Klortetrasiklin diperkenalkan pada tahun 1948. Ikuti link ini untuk mengetahui daftar antibiotik yang sudah tersedia saat ini. 

 

Jenis-jenis Antibiotik

Saat ini tercatat lebih dari seratus jenis antibiotik sudah dihasilkan, tetapi sebenarnya berbagai jenis antibiotik itu bisa dikelompokkan menjadi hanya beberapa jenis antibiotik pokok. Dari antibiotik pokok inilah kemudian dikembangkan menjadi ratusan jenis antibiotik yang kinerjanya lebih spesifik.

 

Berikut daftar antibiotik pokok:

Penicillin, misalnya penicillin, ampicillin, amoxicillin

Cephalosporin, misalnya cephadroxil, cefixime, cefuroxime

Kloramfenicol misalnya chloramphenicol, thiampenicol

Macrolide, misalnya erythromycin , clarithromycin, dan azithromycin 

Quinolone, misalnya ciprofloxacin, levofloxacin, dan ofloxacin 

Sulfonamide, misalnya co-trimoxazole dan trimethoprim 

Tetracycline, misalnya tetracycline dan doxycycline

Aminoglycoside, misalnya gentamicin  dan  tobramycin 

 

Setiap jenis antibiotika tersebut memiliki indikasi khusus untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu, misalnya antibiotika tertentu yang baik untuk dapat penyakit flu, gangguan pencernaan, infeksi saluran kemih dan lain-lain.

 

Umumnya antibiotik (seperti halnya jenis obat lain) memiliki dua nama, yakni nama generik (nama ilmiah yang menunjukkan kandungan zat kimia di dalamnya) dan nama dagang (merek dagang yang dibuat oleh perusahaan farmasi). Anda tentu sudah mengenal Amoxicillin,  antibiotik yang walau di kemasannya tertulis “harus dengan resep dokter” tetapi mudah dijumpai di toko atau warung sebagai obat bebas, adalah merek dagang dari antibiotik jenis Penicillin.

 

Yang perlu diketahui adalah bahwa tidak semua penyakit harus menggunakan antibiotika. Walau sekarang Anda mengetahui jenis dan kegunaan antibiotik tertentu, sebaiknya memang tidak mengonsumsi antibiotik tanpa resep dokter. Sebab dibutuhkan pengetahuan mengenai antibiotik yang tepat baik jenis maupun dosisnya untuk mengobati infeksi bakteri tertentu. Satu jenis Antibiotik tidak mampu melawan semua jenis bakteri! Dan harus diingat, setiap orang memiliki kadar sensitifitas berbeda terhadap antibiotik dan kemungkinan alergi. Ini perlu diperhatikan untuk menghindari efek samping antibiotik yang tidak dikehendaki.

 

Hati-hati Menggunakan Antibiotik

Antibiotik adalah salah satu obat yang paling sering diresepkan dalam dunia kedokteran moderen. Antibiotik mampu membunuh bakteri merugikan yang menginfeksi manusia. Walau antibiotik sangat ampuh untuk mengatasi berbagai jenis penyakit infeksi, harus dimengerti bahwa antibiotik hanya bermanfaat untuk melawan infeksi bakteri dan tidak berguna untuk mengatasi infeksi virus dan jamur.

 

Penggunaan antibiotik juga harus dikontrol untuk memastikan jenis dan kadar (dosis) yang tepat untuk melawan bakteri yang menginfeksi. Penggunaan jenis dan dosis (kurang atau berlebih) yang tidak tepat bisa menimbulkan efek negatif yakni munculnya kekebalan (resistensi) pada bakteri sehingga semakin sulit diberantas.

 

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan antibiotik adalah:

  • Sebaiknya atas rekomendasi dokter

  • Baca petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan/resep. Perhatikan benar berapa butir pil antibiotik yang harus Anda minum dan berapa sering Anda meminumnya dalam satu hari. Anda juga harus tahu berapa lama Anda boleh mengonsumsi antibiotik tersebut atau kapan harus menghentikannya.

  • Anda harus mengetahui cara atau syarat-syarat yang harus dilakukan dalam mengonsumsi antibiotik. Mengonsumsi antibiotik dengan cara yang tidak tepat akan berpengaruh terhadap daya cerna (penyerapan obat) yang mengakibatkan berkurangnya efektifitas obat.

  • Simpan antibiotik dengan cara yang benar/sesuai. Antibiotik untuk anak semisal Amoxicillin perlu disimpan dalam lemari pendingin, sementara jenis yang lain lebih bagus disimpan dalam suhu kamar.

  • Turuti petunjuk dokter: “Habiskan obat ini meski Anda sudah merasa sembuh walau obatnya masih tersisa”. Ini sangat penting bagi kesembuhan Anda. Dalam meresepkan antibiotik, dokter sudah berhitung berapa banyak dan berapa lama Anda harus mengonsumsi obat. Menghentikan konsumsi antibiotik tanpa petunjuk dokter sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan bakteri yang belum terberantas habis menjadi kebal dan menginfeksi lagi. Jika ini terjadi, pengobatannya akan lebih sulit.

 

Efek Samping

Antibiotik bisa menimbulkan efek samping yang berbeda-beda tergantung jenis dan kondisi pasien. Tetapi beberapa efek samping yang umum dijumpai adalah:

 

  • Feses (tinja) lunak atau diare

  • Kejang perut ringan. Jika terjadi efek samping berikut, Anda harus segera memberitahu dokter Anda:

  • mual dan muntah

  • Diare parah

  • Kram perut

  • Reaksi alergi (sesak nafas, gatal-gatal, pembengkakan bibir, wajah, atau lidah, dan pingsan

  • Timbul ruam-ruam pada kulit

  • Gatal pada vagina atau keluar cairan

  • Bercak putih pada lidah

 

Alergi

Beberapa orang alergi terhadap antibiotik jenis tertentu, biasanya adalah Penicillin. Jika Anda memiliki riwayat alergi atau potensial alergi, tanyakan pada dokter atau ahli farmasi sebelum mengonsumsi antibiotik. Reaksi alergi secara umum sudah dijelaskan sebelumnya.

 

Interaksi Obat

Antibiotik bisa berinteraksi dengan obat lain baik yang turut diresepkan oleh dokter maupun tidak. Interaksi obat bisa berakibat buruk, baik berupa penurunan efektivitas obat maupun keracunan. Contohnya  adalah Clarithromycin (antibiotik) tidak boleh dikonsumsi bersama dengan Metoclopramide, obat untuk sistem pencernaan. Beritahu dokter Anda jika Anda sedang menjalani pengobatan atau sudah dan sedang mengonsumsi obat yang didapat secara bebas.

 

Resistensi Antibiotik

Hal paling mengkhawatirkan dalam penggunaan antibiotik adalah resistensi, yakni timbulnya kekebalan bakteri terhadap antibiotik. Gampangnya, jika suatu antibiotik dikonsumsi dalam jangka waktu lama dan ternyata tidak efektif, maka bakteri yang dilawannya bisa menjadi kebal terhadap antibiotik tersebut, demikian juga dengan “anak-anak” bakteri hasil pembiakan dari induk yang sudah kebal. Dewasa ini kerap dijumpai penyakit infeksi bakteri yang biasanya bisa disembuhkan dengan antibiotik tertentu ternyata pengobatannya tidak berhasil. Penyebabnya adalah infeksi disebabkan oleh jenis bakteri yang sudah kebal. Hal ini bisa menyebabkan penyakit menjadi kronis dan membahayakan nyawa pasien. Maka, hal yang harus selalu diingat adalah: jangan mengonsumsi antibiotik secara berlebihan!

 

Antibiotik Dosis Tinggi

Jika Anda harus mendefinisikan antibiotik dalam satu kata, maka gunakanlah kata ini: RACUN. Ya, pada dasarnya pengobatan antibiotik menggunakan prinsip “fight fire with fire” (melawan racun dengan racun) karena antibiotik memang bekerja dengan cara meracuni bakteri merugikan hingga mati. Setelah berabad-abad digunakan secara luas, dampak negatif antibiotik yakni resistensi terus berkembang. Dewasa ini banyak sekali ditemukan bakteri yang semakin kebal terhadap antibiotik. Alih-alih ditemukan antibiotik baru, cara yang lazim digunakan adalah dengan meningkatkan dosis antibiotik untuk melawan bakteri yang sudah kebal. Tapi meningkatkan dosis antibiotik juga mengandung risiko.

 

Bahaya lain menggunakan antibiotik dosis tinggi adalah risiko terganggunya keseimbangan sistem pencernaan. Oleh sebab itu, jika Anda tidak berada dalam situasi yang benar-benar harus ditangani dengan antibiotik, hindari obat ini. Menjaga kebugaran tubuh dan memaksimalkan potensi kekebalan tubuh secara alami dengan berolahraga, mengonsumsi makanan sehat, cukup istirahat dan perilaku hidup sehat lainnya jelas lebih menguntungkan daripada harus berurusan dengan antibiotik.

 

  • [Joko windoro/dokterkuonline.com; medical reviewed by. Dr. Novie Hediyani, MKK]

 

Sumber:

bottom of page