top of page

Sexual Transmitted Disease alias Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah salah satu "pengganggu utama" keharmonisan rumah tangga. Salah satu PMS yang paling ditakuti adalah AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome atau sindrom penurunan kekebalan) karena bisa menyebabkan kematian. Di Indonesia, sampai Maret 2013 tercatat 103.759 orang terinfeksi virus HIV dan 43.347 orang di antaranya positif terserang AIDS. Angka kematian akibat AIDS di Indonesia sampai 2013 tercatat 5.369 orang. (Baca selengkapnya laporan Kemnkes RI terbaru tentang statistik kasus AIDS di Indonesia).

 

Selain HIV-AIDS, PMS yang "akrab" dengan kehidupan kita adalah Gonorrhoeae atau lidah Melayu melafalkannya sebagai Gonore dengan nama beken Kencing Nanah atau Raja Singa, dan kerabatnya yang disebut Chlamydia. Di Indonesia kasus Gonore dan Chlamydia tergolong tinggi, sayangnya belum ada angka resmi yang dikeluarkan pihak terkait mengenai kasus PMS ini. Di dunia, Central of Disease Control, yakni lembaga pengendali penyakit menular AS menyatakan terjadi lebih dari 340 juta kasus Gonore baru setiap tahun.

Gonore dan Chlamydia mungkin tidak menyebabkan kematian, tetapi tetap merupakan penyakit menular yang berbahaya. Terlebih kerugian sosial akibat terganggunya keharmonisan rumah tangga yang disebabkan kedua PMS. Sayangnya, banyak penderita tidak mendapatkan informasi dan penanganan yang benar karena merasa sungkan berkonsultasi dengan dokter. Nah, sebagai langkah awal, simak artikel-artikel PMS dokterkuonline.com untuk membuka wawasan dan kesadaran pentingnya mengenali, menghindari, dan mengobati PMS secara benar.

STD/PMS, Ketika Rasa Malu Mencelakakan Anda

GONORE

Penyakit Kencing Nanah

alias Si Raja Singa

Gonorrhoeae atau Gonore atau di negeri kita acap disebut Raja Singa adalah Penyakit Menular Seksual (PMS) alias Sexual Transmitted Disease (STD) yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Meski sama-sama berbahaya, Gonore kurang mendapat perhatian dibanding sesama PMS semisal AIDS. Padahal Gonore sangat mudah menular, Center of Disease Control (CDC, lembaga pencegahan penyakit menular AS) menyebutkan di dunia setidaknya muncul 340.000.000 (tigaratus empatpuluh juta!) kasus baru setiap tahun.

 

Gejala dan Penyebaran

Neisseria gonorrhoeae berkembang biak dengan baik di bagian tubuh yang lembab dan suhunya hangat. Mereka menyebar ketika cairan tubuh yang terinfeksi kontak dengan membran mukosa, biasanya terjadi saat  hubungan seksual, baik vaginal, oral, maupun anal. Bertentangan dengan mitos populer, jarang dijumpai kasus infeksi Neisseria gonorrhoeae dari handuk, bak mandi air panas, atau toilet duduk.

 

Jika tidak mendapat pengobatan yang baik, Gonore dapat menyebabkan kemandulan pada pria dan wanita. Wanita dengan Gonore bisa mengalami kehamilan abnormal yang mungkin berkembang menjadi kasus darurat medis. Wanita yang melahirkan dengan Gonore dapat menularkan penyakit ini kepada bayi mereka, menyebabkan infeksi darah yang bisa menyebabkan kebutaan pada bayi, bahkan mengancam jiwa. Pada kasus kronis, Gonore dapat menyebabkan aneka komplikasi, terutama menyangkut organ-organ metabolisme.

 

Gonore dapat menginfeksi siapa saja. Pada pria, gejala Gonore biasanya muncul lima hari sampai satu minggu setelah infeksi berupa keluarnya cairan agak kental berwarna putih, kuning, atau kehijauan dari penis. Rasa nyeri yang hebat seperti terbakar muncul di daerah terinfeksi saat buang air kecil disertai pembengkakan dan rasa sakit pada testis. Ini adalah gejala-gejala umum, tetapi bisa saja seseorang terserang Gonore tanpa merasakan gejala sama sekali.

 

Gejala ringan lebih banyak muncul pada wanita penderita Gonore, bahkan tanpa gejala sama sekali. Gejala biasanya muncul dalam waktu sepuluh hari setelah infeksi,  meliputi perubahan warna vagina, rasa nyeri hebat ketika buang air kecil, hingga perdarahan vagina. Gonore yang tidak mendapat pengobatan memadahi pada wanita dapat berkembang menjadi serangan pada organ panggul yang dikenal sebagai penyakit radang panggul (PID). Gejala PID di antaranya nyeri punggung, nyeri saat berhubungan seks vaginal, perdarahan vagina, mual, dan demam.

 

Jika yang terinfeksi adalah tenggorokan, mata, atau dubur, baik pria maupun wanita akan menimbulkan gejala:

 

• Sakit tenggorokan

• Konjungtivitis

• Nyeri rektum

• Debit rektal

• Pendarahan pada rektum

 

Pencegahan dan Penanganan

Mendiagnosis Gonore tidak sulit. Dokter/petugas layanan kesehatan biasanya mengambil sampel dari daerah yang terinfeksi dan mengirimkannya untuk pengujian laboratorium atau cukup memeriksa adanya bakteri penyebab Gonore di bawah mikroskop. Tes urine juga dapat dilakukan untuk mendeteksi bakteri Gonorrhea. Sekarang bahkan sudah ada produk untuk melakukan tes sendiri seperti alat tes kehamilan yang sudah kita kenal. 

 

Jika terdiagnosa menderita Gonore, penting untuk berhenti berhubungan seks sementara dan segera mengunjungi penyedia layanan kesehatan untuk mendapat pengobatan sampai tuntas. Karena penyakit ini sangat mudah menular melalui hubungan seks, penting bagi pasangan suami istri untuk pemeriksakan diri dan bersikap terbuka terhadap pasangannya. Yang lebih penting lagi adalah membiasakan diri dengan perilaku seks aman dan setia pada pasangan.

 

Karena disebabkan olek infeksi bakteri, pengobatan Gonore melibatkan antibiotik. Sangat dianjurkan bagi penderita untuk segera memeriksakan diri dan memperoleh pengobatan dari dokter. Mencoba mengobati sendiri dengan antibiotik yang dijual bebas atau obat-obat alternatif yang belum teruji secara klinis tidak dianjurkan karena pemakaian antibiotik yang keliru baik jenis maupun dosisnya hanya akan menyebabkan bakteri Gonore menjadi resisten (kebal) terhadap antibiotik tersebut.

 

Berikut langkah-langkah yang harus dilakukan penderita Gonore:

 

  • Berhenti berhubungan seks sampai pengobatan tuntas dan gejala Gonore sudah benar-benar hilang.

  • Berutahu dokter Anda jika pengobatan selesai tetapi masih mengalami gejala. Ini wajib dilakukan karena,

  • Beberapa strain bakteri Gonore menjadi resisten terhadap beberapa jenis antibiotik. Jika Anda masih mengalami gejala setelah pengobatan Gonore, bisa jadi strain bakteri yang menyerang Anda kebal terhadap jenis antibiotik yang diberikan dokter sehingga perlu mengubah obat Anda.

  • Beritahu pasangan seksual Anda bahwa Anda menderita Gonore dan periksakan pasangan Anda. Ingat, pada pasangan penderita Gonore, pengobatan hanya pada salah satu pihak adalah hal paling sia-sia.

 

Neisseria gonorrhoeae diketahui resisten terhadap penisilin, tetrasiklin, dan fluoroquinonlines. Antibiotik yang biasa digunakan dokter adalah cephalosporin. Terapi ganda lebih handal untuk menuntaskan bakteri Gonore, dokter akan menggunakan cephalosporin dan/atau azithromycin yang dikombinasikan dengan doxycycline untuk mengobati infeksi. []

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Apa Pendapat Anda Tentang ARTIKEL INI?

KLAMIDIA

Serangan Diam Diam Bakteri Chlamydia trachomatis

Chlamydia (Klamidia) adalah penyakit menular seksual (PMS) umum yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Klamidia dapat menginfeksi baik pria maupun wanita dan dapat menyebabkan, kerusakan permanen pada organ reproduksi wanita. Klamidia ditengarai merupakan kasus PMS paling jamak (sering dijumpai) walau sampai saat ini tidak ada laporan resmi dari Kemenkes mengenai jumlah penderita. Sejumlah besar kasus tidak dilaporkan karena kebanyakan pengidap Klamidia tidak menunjukkan gejala spesifik dan tidak melakukan pemeriksaan. CDC memperkirakan, 1 dari 15 perempuan berusia 14 – 19 tahun yang aktif secara seksual mengidap Klamidia.

 

Bagaimana Klamidia berjangkit?

Disebut Sexual Transmitted Disease (STD/PMS) karena Klamidia menjangkiti seseorang melalui hubungan seks (vaginal, oral, maupun anal) dengan seseorang yang lebih dahulu terinfeksi. Klamidia bisa menular dari pria ke wanita bahkan jika seorang pria tidak mencapai ejakulasi saat berhubungan seks. Klamidia dapat menginfeksi kembali sesorang yang telah mendapat perawatan jika berhubungan seks dengan pasangan yang masih mengidap Klamidia. Penyakit ini dapat menulari bayi pada saat proses kelahiran.

 

Siapa yang berisiko terserang Klamidia?

Setiap orang yang aktif secara seksual dapat terinfeksi Klamidia.

 

Apa saja gejala Klamidia?

PMS ini juga dikenal dengan nama “Infeksi Senyap” (Silent Infection) karena jarang memunculkan gejala infeksi pada orang yang terserang. Gejala bisa saja muncul, tetapi biasanya baru terasa beberapa minggu setelah terpapar.

 

Pada wanita, bakteri pertama kali menginfeksi leher rahim (struktur yang menghubungkan vagina atau jalan lahir ke uterus atau rahim) dan/atau uretra (saluran kencing). Beberapa wanita yang terinfeksi menunjukkan gejala keputihan abnormal atau sensasi terbakar ketika buang air kecil. Infeksi yang tidak diobati dapat menyebar ke atas ke rahim, menyerang tuba falopi (semacam “tabung” yang bertugas membawa telur yang telah dibuahi dari ovarium ke rahim), menyebabkan penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease/PID). PID bisa berjangkit tanpa gejala atau memunculkan tanda-tanda seperti sakit perut dan panggul.

 

Pada pria, Klamidia bisa ditengarai dengan keluarnya cairan kental dari penis dan sensasi nyeri seperti terbakar ketika buang air kecil. Gejala lain berupa rasa nyeri juga muncul disertai pembengkakan pada kedua testis  (dikenal sebagai epididimitis) bisa saja terjadi meski tidak umum.

 

Klamidia juga dapat menginfeksi rektum pada pria dan wanita, baik melalui anal seks reseptif, atau mungkin menyebar dari serviks dan vagina. Gejala yang bisa muncul berupa rasa sakit pada dubur dan/atau perdarahan (proktitis). Sekali lagi harap diingat, Klamidia lebih sering menyerang tanpa menimbulkan gejala apapun.

 

Apa komplikasi yang mungkin terjadi?

Pada wanita, infeksi yang tidak diobati dapat menyebar ke atas ke rahim dan tuba falopi, menimbulkan PID yang bisa menyebabkan kerusakan permanen pada saluran reproduksi wanita, rasa sakit jangka panjang panggul, ketidakmampuan untuk hamil, dan yang paling berbahaya: kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim) yang berpotensi menyebabkan kematian. Pada wanita hamil Klamidia ditengarai berhubungan dengan kelahiran prematur. Klamidia juga bisa menulari bayi yang baru lahir, menyebabkan infeksi mata (konjungtivitis) atau pneumonia. Skrining/pemeriksaan dan pengobatan Klamidia selama kehamilan adalah cara terbaik untuk mencegah komplikasi ini. Semua wanita hamil harus diskrining untuk klamidia pada kunjungan prenatal pertama mereka.

 

Komplikasi jarang terjadi pada pria. Infeksi kadang menyebar ke tabung yang membawa sperma dari testis, menyebabkan rasa sakit , demam, dan menyebabkan kemandulan walau kasus terakhir sangat jarang terjadi.

 

Ada hubungannya dengan HIV-AIDS?

Klamidia yang tidak diobati dapat meningkatkan kemungkinan seseorang tertular atau menularkan HIV - virus penyebab AIDS .

 

Siapa yang harus diuji untuk klamidia ?

Setiap orang yang aktif secara seksual dapat terinfeksi Klamidia. Siapa saja yang memiliki gejala genital seperti pembengkakan, rasa nyeri saat buang air kecil, luka yang tidak biasa, atau ruam baik terasa gatal maupun tidak harus menghindari berhubungan seks sampai mereka dapat mendapat pemeriksaan tentang gejala mereka.

 

Bagaimana klamidia didiagnosis ?

Melalui tes spesimen atau sampel urin di laboratorium.

 

Apa pengobatan untuk Klamidia?

Klamidia dapat dengan mudah disembuhkan dengan antibiotik. Penderita harus menjauhkan diri dari berhubungan seks selama tujuh hari setelah mendapatkan antibiotik dosis tunggal, atau sampai benar-benar sembuh untuk mencegah penyebaran infeksi kepada pasangan.

 

Pasangan yang tidak mendapat pengobatan dengan tepat berada pada risiko tinggi untuk infeksi ulang. Infeksi berulang dapat meningkatkan risiko komplikasi pada kesehatan reproduksi wanita. Pasangan pengidap Klamidia sebaiknya menjalani pemeriksaan ulang sekitar tiga bulan setelah pengobatan infeksi awal. Bayi yang terinfeksi klamidia dapat mengalami konjungtivitis (infeksi pada selaput yang melapisi kelopak mata) dan/atau pneumonia. Infeksi klamidia pada bayi dapat diobati dengan antibiotik.

 

Harap Dicatat

Pencegahan dan pengobatan Klamidia dan Gonore sebenarnya relatif mudah, masalah sesungguhnya adalah keengganan seseorang memeriksakan diri jika ada masalah pada organ-organ genital mereka. Rasa malu dan perilaku seks tidak aman masih menjadi penyebab terbesar sulitnya menghapus PMS, baik Gonore maupun Klamidia.

 

Saran dokterkuonline, jika komunikasi menjadi hambatan untuk menanggulangi PMS, sebaiknya salah satu dari pasangan seksual memeriksakan diri ke dokter dan meminta EPT (expedited partner therapy) jika terbukti mengidap PMS. EPT adalah pemberian obat tambahan atau resep untuk diberikan kepada pasangan seks.[]

 

 

[joko windoro/dokterkuonline.com, dari berbagai sumber.

Medical review oleh dr. Novie Hediyani, MKK]

bottom of page