KANKER PARU Bukan Hanya Pada Perokok
Meski kebiasaan Merokok diketahui dapat meningkatkan risiko kanker paru, namun penyakit tersebut terbyata bukan hanya ditemukan pada perokok saja. Sebagian besar penderita kanker paru adalah perokok, namun bukan berarti orang yang tidak merokok terbebas dari kanker paru. Data terbaru menunjukkan sekitar 10-15 % dari pasien kanker paru ternyata merupakan orang yang tidak merokok.
Risiko perokok aktif untuk menderita kanker paru 13,6 kali lebih besar di bandingkan dengan yang non perokok, sedangkan perokok pasif (orang yang menghisap asap rokok dari perokok) risikonya 20 % lebih tinggi dibandingkan non perokok. Jumlah kasus baru kanker paru meningkat tajam pada laki-laki maupun perempuan, seiring dengan meningkatkan jumlah perokok aktif atau pasif. Perokok pasif dapat digolongkan sebagai seseorang yang hidup atau bekerja bersama perokok.
Penelitian dari AS, Eropa, Inggris, dan Australia telah secara konsisten menunjukkan adanya peningkatan risiko yang signifikan di antara mereka yang terpapar asap rokok pasif. Mereka yang hidup dengan perokok memiliki risiko yang lebih tinggi sebesar 20–30% sedangkan mereka yang bekerja pada lingkungan perokok mempunyai risiko 16–19% lebih tinggi. Penelitian ini menunjukkan bahwa hal ini lebih berbahaya dari merokok langsung. Merokok pasif menyebabkan 3, 400 kematian karena kanker paru setiap tahun di AS.
Data WHO tahun 2012, tercatat sebanyak 8,2 juta orang di dunia meninggal akibat kanker, sekitar 1,59 juta diantaranya meninggal karena kanker paru, kanker paru menempati posisi pertama dengan jumlah kematian terbanyak. Pada tahun 2008, angka perkiraan kasus baru kanker paru di USA adalah 215.020 jiwa dengan angka kematian per tahun 161.680 jiwa. CDC juga mencatat angka kejadian kanker paru di Amerika pada tahun 2010 mencapai 201.144 orang dengan 158.248 diantaranya berakhir dengan kematian.
Di Indonesia angka kejadian kanker paru meningkat tajam, karena Indonesia merupakan negara dengan angka perokok laki-laki terbanyak di dunia. Tercatat pada tahun 2012, 2 dari 3 laki-laki di Indonesia atau sekitar 67% adalah perokok aktif. Menurut Word Health Ranking tahun 2011, Indonesia menempati ranking ke 58 dari 192 negara yang tercatat memiliki angka insiden kanker paru terbanyak di dunia dengan jumlah kematian akibat kanker paru sebanyak 35.185 orang atau sekitar 2,47%.
Sebuah studi yang dipublikasi dalam The Lancet Oncology menemukan, jumlah perokok yang terus turun membuat prevalensi penyakit yang berhubungan dengan rokok, termasuk kanker paru, juga menurun. Namun, jumlah non-perokok yang mengalami kanker paru tetap, maka persentasenya menjadi besar dibandingkan dengan jumlah perokok yang menurun. Kanker paru memang bukan hanya dipicu oleh asap rokok. Polusi udara dan paparan asbes juga bisa memicu kanker paru.
Mengenal Kanker Paru
Kanker paru terjadi karena iritasi berulang oleh bahan karsinogenik (penyebab keganasan sel) pada saluran napas sampai ke organ paru-paru. Hal ini menyebabkan fungsi pertumbuhan sel menjadi tidak terkontrol pada organ paru-paru. Perlu diketahui bahwa sel kanker ini dapat menyebar ke jaringan terdekat atau organ tubuh lainnya (metastase), jadi jangan heran jika pasien kanker pada stadium lanjut ditemukan kanker tidak hanya pada satu organ tubuh saja.
Sekitar 10% dari penderita kanker paru tidak mengalami gejala saat dan ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan foto rontgen dada.
Penyebab
Penyebab paling umum adalah paparan dalam jangka waktu lama terhadap asap rokok baik perokok aktif atau perokok pasif. Rokok tidak hanya mengandung zat iritan, namun juga zat karsinogen yang secara langsung dapat mengubah karakteristik sel menjadi ganas sehingga menyebabkan kanker. Karena paru-paru banyak mengandung pembuluh darah dan kelenjar getah bening maka sel kanker mudah menyebar ke tempat lain (metastasis), bahkan penyebaran tersebut dapat saja terjadi meskipun belum muncul gejala penyakit.
Penyebab lain adalah pajanan polusi udara yang mengakibatkan iritasi kronik pada epitel saluran nafas yang mengakibatkan tingginya risiko terjadinya kanker paru. Pajanan debu asbes yang sering digunakan sebagai bahan bangunan dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker paru. Faktor penyebab lain adalah gas radon, faktor keturunan atau genetik.
Gejala
Pada tahap awal gejalanya tidak terlalu tampak. Saat penyakitnya sudah sampai tingkat lanjut, baru muncul gejala yang parah. Gejala kanker paru tidak khas, diantaranya adalah batuk yang tidak sembuh-sembuh, batuk darah meskipun dalam jumlah sedikit, sesak nafas, dada terasa nyeri, nyeri tulang, kesulitan menelan, suara nafas berbunyi seperti asma (mengi), hilang nafsu makan, demam, kelelahan, penurunan berat badan yang nyata, suara serak.
Siapa yang berisiko terkena lanler paru?
Perokok, merupakan faktor risiko utama mengalami kanker paru. Belum diketahui secara pasti berapa jumlah rokok yang di hisap dan berapa lama kebiasaan merokok dilakukan hingga dapat menyebabkan kanker paru. Hanya saja semakin banyak rokok yang dihisap dan semakin lama waktunya, risiko kanker paru semakin besar.
Jenis Kelamin, perempuan perokok lebih rentan terkena kanker paru dibandingkan dengan laki-laki yang merokok dengan asumsi menghisap rokok dalam jumlah yang sama.
Terpapar dengan gas radon, gas jenis ini merupakan hasil pemecahan uranium di tanah, batu atau air yang pada akhirnya menjadi bagian udara yang dihisap manusia. Gas Radon adalah gas yang tidak berwarna yang ditemukan di lapisan kerak bumi. Produk peluruhan radiasi mengionkan materi genetika, sehingga menyebabkan mutasi yang kadang menjadi bersifat kanker. Radon merupakan penyebab kanker paru paling banyak kedua di AS, setelah rokok.
Terpapar dengan asbes, arsenik, chromium, nikel dan tar juga dapat meningkatkan risiko terkena kanker paru.
Riwayat keluarga menderita kanker paru, mereka yang memiliki keluarga pernah menderita kanker paru akan meningkat risikonya.
Diagnosis
Diagnosis dini kanker paru sulit, karena itu penderita biasanya datang pada saat stadiumnya telah lanjut sehingga angka kematian tinggi. Pemeriksaan foto rontgen toraks (dada) tidak dapat menemukan kelainan pada tahap awal. Jika pada foto rontgen sudah tampak kelainan, biasanya sudah masuk dalam stadium lanjut dan sulit disembuhkan.
Salah satu cara untuk mengetahui adanya kelainan dini pada paru adalah dengan melakukan pemeriksaan foto rontgen paru secara berkala.Jika tidak didapatkan gambaran yang memadai , dapat dilakukan pemeriksaan CT scan thoraks. Pemeriksaan dahak (sputum) juga dapat membantu memastikan diagnosis. Dari dahak yang keluar dilakukan pencarian adakah sel kanker dengan menggunakan miksroskop.
Pemeriksaan jaringan paru dengan biopsi merupakan pemeriksaan dengan tingkat akurasi paling tinggi. Untuk memastikan ada tidaknya kanker paru dengan menggunakan bronkoskopi. Tehnik ini dilakukan dengan memasukkan pipa lentur dengan kamera serat fiber ke dalam saluran pernafasan. Selanjutnya dari bagian tersebut diambil contoh jaringan paru untuk diperiksa apakah ada sel kanker atau tidak.
Komplikasi
Kanker paru dapat menimbulkan komplikasi diantaranya pengumpulan cairan di dinding dada (efusi pleura). Hal tersebut karena kanker mengakibatkan paru memproduksi cairan abnormal. Jika di biarkan dapat menyebabkan kesulitan bernafas. Pertumbuhan kanker akan menyebabkan massa tumor menyumbat saluran nafas, sehingga penderita sulit bernafas. Komplikasi yang lain adalah penyebaran ke tempat lain (metastasis) ke otak, kelenjar anak ginjal, ginjal, tulang, dan hati.
Pengobatan
Pengobatan yang dapat dilakukan berupa tindakan pembedahan, kemoterapi dan radioterapi. Tindakan pembedahan dilakukan pada kanker paru stadium dini. Pada stadium lanjut biasanya diberikan kemoterapi dan radioterapi. Pada stadium akhir, tujuan pengobatan adalah pemberian terapi yang hanya meningkatkan kualitas hidup (paliatif) dan tidak lagi bertujuan untuk mengatasi penyakit.
Tindakan kemoterapi digunakan pada kanker stadium lanjut atau pasca bedah pada kanker paru stadium dini. Kemoterapi pada prinsipnya adalah memasukkan obat-obatan ke dalam tubuh untuk menghentikan kanker dan penyebabnya. Kemoterapi dapt diberikan melalui suntikan atau melalui mulut (oral). Lama pengobatan bergantung dari tingkat keganasan, dapat berlangsung dalam beberapa minggu atau bulan. Selain mengobati kanker, kemoterapi berperan dalam mengurangi efek yang ditimbulkan kanker seperti mengurangi rasa nyeri.
Tindakan Radioterapi atau penyinaran dapat diberikan untuk membunuh sel kanker. Radioterapi dapat diarahkan langsung pada paru-paru dari luar tubuh (external bearn radiation) atau dimasukkan melalui jarum di dalam kateter dan sinar radiasi di pancarkan melalui jarum tersebut (brachytherapi)
Pencegahan
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir risiko terkena kanker paru, diantaranya jangan merokok, hindari berdekatan dengan orang yang merokok karena asap yang keluar dari orang yang merokok dapat meningkatkan risiko terkena kanker paru-paru, hindari paparan terhadap zat radon, asbes atau polutan tersebut, gunakan pelindung saat kontak dengan paparan tersebut.
Kebijakan larangan merokok di tempat publik dapat membantu mengurangi dampak merokok pasif seperti restoran dan tempat kerja semakin banyak dilakukan. Bhutan telah menerapkan larangan merokok sejak 2005 dan India mengeluarkan larangan merokok di area publik pada Oktober 2008. WHO telah menyerukan kepada pemerintah untuk menerapkan larangan penuh pada iklan rokok dalam upaya mencegah kaum muda mencoba merokok. Mereka menilai bahwa larangan tersebut mampu mengurangi konsumsi tembakau sampai sekitar 16% jika larangan tersebut diberlakukan.
Dukungan untuk Penderita
Seseorang yang sudah di vonis menderita kanker paru tentu saja mengalami komplikasi baik fisik maupun psikis. Akan banyak komplikasi yang muncul akibat kanker paru seperti batuk darah, nyeri dan keluhan yang lain. Pada kondisi seperti itu biasanya penderita akan merasa depresi dan membutuhkan bantuan.
Sebaiknya keluarga mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai kanker paru, sehingga dapat melakukan tindakan yang diperlukan jika terdapat komplikasi yang membahayakan jiwa si penderita. Dari segi psikis, perlu adanya dukungan mental, misalnya dengan tidak hanya mendiamkan penderita di rumah serta memberikan kesempatan bagi penderita untuk dapat menjalani kehidupannya secara normal. [dr Novie Hediyani, MKK /dokterkuonline]
Sumber:
http://www.fk.unair.ac.id/news/kilasan/kanker-paru-bukan-hanya-penyakitnya-perokok.html
http://health.kompas.com/read/2013/07/20/1317470/Kanker.Paru.Bukan.Hanya.Penyakitnya.Perokok
http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker_paru-paru
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2014/04/14/kanker-paru-tidak-semurah-harga-rokok-647582.html
Majalah Kesehatan Keluarga Dokter Kita Edisi 11-THN IX-November 2014
http://paru-paru.com/wp-content/uploads/2012/03/Kanker-Paru-paru.jpg