Waspadai Infeksi Virus ZIKA
Virus Zika memiliki kesamaan dengan virus dengue, berasal dari kelompok arbovirus, merupakan salah satu varian dari jenis Flavivirus. Virus ini pertama kali diisolasi tahun 1948 dari monyet yang berasal dari hutan Zika, Uganda. Dari habitat asal primata yang menjadi inangnya itulah virus ini mendapat nama. Selanjutnya beberapa negara Afrika, Asia khususnya Asia tenggara, Mikronesia, Amerika Latin, dan Karibia melaporkan penemuan virus Zika ini.
Berbagai laporan di luar negeri, khususnya di Brasil, menyatakan infeksi virus Zika berhubungan dengan penyakit bayi dengan kepala yang kecil (mikrosefali). Mikrosefali merupakan kondisi neurologis yang menyebabkan lingkar kepala bayi memiliki ukuran yang lebih kecil dari ukuran kepala bayi pada umumnya. Jadi ibu-ibu yang terinfeksi oleh virus ini saat hamil bisa melahirkan bayi dengan kelainan kepala tadi sehingga perkembangan otaknya menjadi terganggu. Walaupun hubungan infeksi virus Zika pada ibu hamil dengan kejadian mikrosefalus pada bayi yang dilahirkan belum terbukti secara ilmiah, namun bukti ke arah itu semakin kuat dan pihak pemerintah Brasil sudah mengkonfirmasi adanya kasus tersebut.
Penyebaran
Dalam beberapa bulan terakhir, berita mengenai penyebaran infeksi virus Zika yang sedang terjadi di Amerika Latin, terutama Brasil dan Kolombia, semakin meluas. Selain Brasil, beberapa yang pernah melaporkan keberadaan kasus penyait virus Zika adalah Barbados, Bolivia, Brasil, Cap Verde, Colombia, Dominican Republic, Ecuador, El Salvador, French Guiana, Guadeloupe, Guatemala, Guyana, Haiti, Honduras, Martinique, Mexico, Panama, Paraguay, Puerto Rico, Saint Martin, Suriname, Venezuela, dan Chile. Penyebaran virus ini juga sampai ke Eropa bahkan dan Asia.
Pada 15 Januari 2016, pemerintah Amerika melalui US Centers for Disease Control and prevention (CDC) telah memberikan travel alert buat warganya yang sedang hamil atau sedang berencana untuk hamil untuk menunda melakukan perjalanan ke negara-negara yang sedang terjangkit virus Zika ini.
Masyarakat Indonesia harus waspada terhadap kemungkinan terinfeksi Zika. Hal itu disebabkan vektor (inang) yang membawa virus Zika adalah nyamuk Aedes aegypti yang penyebarannya sangat luas di daerah tropis, termasuk Indonesia. Selain Zika, Aedes Aegypti lebih dahulu dikenal sebagai inang bagi virus-virus penyebab infeksi demam berdarah dan Chikungunya. Berada di daerah tropis membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang rentan terhadap penyebaran virus Zika.
Laporan-laporan yang ada selama ini menunjukkan infeksi virus ini pernah ditemui di Indonesia. Menurut Dr. Herawati Sudoyo Ph.D, Deputi Direktur Eikjman Institute, para peneliti di lembaganya menemukan virus ini saat terjadi wabah demam dengue di Provinsi Jambi, pada periode Desember 2014 sampai April 2015. Meski Eikjman Institute memiliki platform atau metode deteksi berbagai jenis virus dan berhasi mengenali Zika, Herawati mengaku belum mengetahui dari mana virus ini berasal.
Pada 2013, peneliti Australia juga melaporkan penemuan satu kasus infeksi virus Zika pada seseorang warga negara Australia setelah melakukan perjalanan selama 9 hari ke Jakarta. Penemuan kasus tersebut dipublikasi pada American Journal Tropical Medicine and Hygiene. Dari laporan beberapa kasus terdahulu dan adanya penemuan virus ini tahun lalu oleh lembaga Eijkman, jelas bahwa virus Zika juga sudah ada di Indonesia.
Cara Penularan
Virus Zika ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini merupakan jenis nyamuk yang aktif di siang hari dan dapat hidup di dalam maupun luar ruangan. Nyamuk yang menggigit penderita Zika menyebarkan virus itu ketika menggigit orang lain yang belum terinfaksi. Siapapun yang tinggal atau mengunjungi area yang diketahui terdapat virus Zika memiliki risiko untuk terinfeksi. Virus Zika juga bisa ditularkan oleh ibu hamil kepada janinnya selama masa kehamilan.
Gejala
Masa inkubasi virus Zika beberapa hari sampai satu minggu. Sekilas gejala infeksi Zika hampir mirip dengan gejala yang muncul pada infeksi virus Dengue (demam berdarah). Infeksi virus Zika sering tidak terdeteksi karena umumnya gejalanya ringan. Pasien yang terjangkit virus zika akan mengalami gejala sakit kepala, demam, ruam atau kemerahan pada kulit badan, lemas, nyeri otot dan sendi serta kemerahan pada mata. Virus Zika tidak memiliki dampak yang lebih berbahaya dibandingkan demam berdarah yang bisa menyebabkan kematian.
Pemeriksaan laboratorium sederhana biasanya hanya menunjukkan penurunan kadar sel darah putih seperti umumnya infeksi virus lainnya. Yang harus diperhatikan: berbeda dengan infeksi demam berdarah, infeksi virus Zika tidak menyebabkan penurunan kadar trombosit.
Pada beberapa kasus Zika dilaporkan terjadi gangguan saraf dan komplikasi autoimun (sistem kekebalan alami tubuh). Gejala penyakit ini berlangsung selama 2-7 hari. Penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya (self limited) tanpa memerlukan pengobatan medis. Pada kondisi tubuh yang baik penyakit ini dapat pulih dalam tempo 7-12 hari.
Virus Zika juga tidak akan mengakibatkan komplikasi yang fatal pada orang dewasa dan anak-anak. Pada beberapa kasus suspek Zika dilaporkan juga mengalami sindrom Guillane Bare (disingkat SGB atau radang polineuropati demyelinasi akut adalah peradangan akut yang menyebabkan kerusakan sel saraf tanpa penyebab yang jelas. Sindrom ini ditemukan pada tahun 1916 oleh Georges Guillain, Jean-Alexandre Barré, dan André Strohl), namun hubungan ilmiahnya masih dalam tahap penelitian.
Pencegahan
Walaupun virus zika tidak lebih berbahaya dibandingkan demam berdarah Dengue, namun Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk tetap waspada menanggapi penyebaran virus tersebut. Disarankan agar masyarakat melakukan pencegahan menggunakan cara yang tidak jauh berbeda dengan pencegahan demam berdarah.
Pencegahan penularan virus ini dapat dilakukan dengan:
menghindari kontak dengan nyamuk.
melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan menguras dan menutup tempat penampungan air, serta memanfaatkan atau melakukan daur ulang barang bekas, ditambah dengan melakukan kegiatan pencegahan lain seperti menabur bubuk larvasida, menggunakan kelambu saat tidur, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, dll).
meningkatkan daya tahan tubuh melalui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti diet dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara rutin, hindari stress, cukup istirahat, cukup minum air putih, dll.
pada wanita hamil atau berencana hamil harus melakukan perlindungan ekstra terhadap gigitan nyamuk untuk mencegah infeksi virus Zika selama kehamilan, misalnya dengan memakai baju yang menutup sebagian besar permukaan kulit, berwarna cerah, menghindari pemakaian wewangian yang dapat menarik perhatian nyamuk seperti parfum dan deodoran.
prepared by dr Novie Hediyani, MKK
SUMBER :
http://www.cdc.gov/zika/symptoms/
https://id.wikipedia.org/wiki/Virus_Zika
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Aedes_aegypti.jpg
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Zika_EM_CDC_280116.tiff
http://health.kompas.com/read/2016/01/25/11060062/Waspadai.Virus.Zika.Berjangkit.di.Indonesia.
http://www.depkes.go.id/
http://www.medscape.com/viewarticle/856028
http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160127211205-255-107204/indonesia-rentan-penyebaran-virus-zika/
http://health.liputan6.com/read/2424280/jejak-virus-zika-di-indonesia