top of page

Penyakit Akibat Banjir dan Bagaimana Pencegahannya


Banjir di Sentani, Papua

Banjir merupakan suatu bencana alam yang sangat merugikan dan sudah menjadi tradisi tahunan di Indonesia. Terdapat kurang lebih 5590 sungai induk dan 600 diantaranya berpotensi menimbulkan banjir di wilayah seluruh Indonesia. Daerah rawan banjir yang di cakup oleh sungai-sungai induk ini mencapai 1,4 juta hektar daerah rawan banjir.


Banjir terbagi 3 katagori yaitu banjir genangan, banjir bandang dan banjir rob akibat baiknya permukaan air laut. Banjir yang melanda daerah-daerah rawan pada dasarnya di sebabkan oleh 3 hal yaitu :

  1. Kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya perubahan tata ruang dan berdampak pada perubahan alam seperti menebang pohon dan membuang sampah sembarangan

  2. Peristiwa alam seperti curah hujan sangat tinggi, kenaikan permukaan air laut, badai

  3. Degradasi Lingkungan seperti hilangnya tumbuhan penutup tanah,p endangkalan sungai dan penyempitan alur sungai

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan awal musim kemarau di Indonesia akan dimulai pada bulan April 2019 di 79 ZOM (Zona Musim), Mei 99 ZOM, dan Juni 96 ZOM. Di berbagi zona musim, kemarau telah dimulai sejak Januari 2019 hingga sebagian lainnya baru akan dimulai pada bulan-bulan berikutnya hingga September 2019 (https://www.bmkg.go.id/iklim/prakiraan-musim.bmkg). Artinya, curah hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi masih akan terjadi hingga April 2019. Akibatnya, banjir dan berbagai dampaknya masih menjadi ancaman.


Kondisi geografis, topografi, dan fenomena cuaca seperti badai El Nino dan angin munson menyebabkan banyak wilayah di Indonesia rawan, bahkan menjadi langganan banjir. Banjir berkorelasi dengan perubahan kondisi lingkungan, terutama jika terjadi pengungsian yang sangat berpotensi menyebarkan berbagai penyakit.


Saat ini musibah banjir bandang yang mengenai saudara kita di Papua, diperkirakan jumlah pengungsi banjir bandang di Sentani, kabupaten Jayapura Papua bertambah menjadi 9580 orang dengan jumlah korban meninggal sebanyak 79 orang. Bagi pengungsi kondisi banjir tersebut perlu diwaspai akan timbulnya penyakit akibat banjir



Mengenal Penyakit Akibat Banjir

Penyakit akibat banjir pada dasarnya digolongkan ke dalam dua penyebab:

  • Water-borne diseases; (penyakit yang diakibatkan genangan air atau air yang tercemar) semisal diare, tifoid (tipus), cholera, leptospirosis, hepatitis A, infeksi kulit. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, banjir di Tajikistan pada 1992, menyebabkan kontaminasi limbah dari instalasi pengolahan limbah pada air sungai. Topan di Distrik Truk, Trust Territories of Pacific pada tahun 1971 mengganggu sumber air resapan dan memaksa orang untuk menggunakan berbagai sumber air tanah yang sangat terkontaminasi dengan kotoran babi. Akibatnya, terjadi wabah balantidiasis, yakni sejenis penyakit akibat protozoa usus. Topan dan banjir di Mauritius pada tahun 1980 menyebabkan wabah demam tifoid. Banjir di Sudan pada 1980 dan Mozambik pada Januari-Maret 2000 menyebabkan peningkatan kejadian diare. Sedang banjir besar Benggala Barat menyebabkan epidemi kolera.


  • Vector-borne diseases; (penyakit yang dibawa inang/vektor), seperti malaria, dengue, demam berdarah dengue, demam kuning (yellow fever), dan demam Nil Barat (West Nile Fever).Perluasan jumlah dan kisaran habitat vektor (inang) karena banjir secara tidak langsung dapat menyebabkan peningkatan penyakit yang ditularkan. Air yang menggenang karena hujan deras atau meluapnya sungai menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk, dan karenanya meningkatkan potensi paparan populasi korban bencana dbanjir terhadap infeksi seperti demam berdarah, malaria, dan demam Sungai Nil Barat. Banjir mungkin pada awalnya mengusir perkembangbiakan nyamuk, tetapi muncul kembali ketika air surut.


Penyakit yang Kerap Muncul Pasca Banjir:

  • DIARE

Pada saat banjir sumber-sumber air minum masyarakat, khususnya sumber air minum dari sumur dangkal banyak ikut tercemar. Pada saat banjir biasanya terjadi pengungsian di mana fasilitas dan sarana serba terbatas termasuk ketersediaan air bersih. Itu semua merupakan sumber potensial untuk menimbulkan penyakit diare.


  • TIFOID/ TIFUS

Pada saat banjir di mana ketersediaan air bersih terbatas di tambah dengan faktor kebersihan makanan yang kurang baik memegang peranan penting untuk timbulnya penyakit tifus.


  • DEMAM BERDARAH

Pada saat musim hujan terjadi peningkatan jumlah nyamuk aedes aegypti yaitu nyamuk penular penyakit demam berdarah. Hal ini dikarenakan saat musim hujan banyak sampah seperti kaleng bekas, ban bekas serta tempat-tempat tertentu terisi air dan terjadi genangan air untuk beberapa waktu. Genangan air tersebut menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk penyebab demam berdarah. Dengan meningkatnya populasi nyamuk aedes aegypti sebagai penular penyakit maka risiko terjadinya penularan demam berdarah semakin meningkat.


  • LEPTOSPIROSIS

Penyakit Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira sp dan penyakit ini termasuk salah satu penyakit zoonosis karena di tularkan melalui hewan atau binatang. Di Indonesia hewan penular utama adalah tikus melalui air kencingnya. Pada saat terjadi banjir maka tikus-tikus yang tadinya tinggal di liang-liang tanah akan keluar untuk menyelamatkan diri. Tikus tersebut akan berkeliaran di sekitar manusia di mana air kencing tikus akan bercampur dengan air banjir tersebut.


Seseorang yang memiliki luka kemudian terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kencing tikus yang mengandung bakteri leptospira maka orang tersebut berpotensi terinfeksi leptospirosis.


Wabah leptospirosis terjadi di Brasil (1983, 1988 dan 1996), di Nikaragua (1995), wilayah Krasnodar, Federasi Rusia (1997), Santa Fe, AS (1998) Orissa, India (1999) dan Thailand (2000).


  • ISPA ( infeksi Saluran Pernafasan Akut )

ISPA dapat di sebabkan oleh virus , bakteri dan mikroba lainnya. Keluhannya berupa batuk, pilek dapat di sertai demam, sesak nafas. Penanganan penyakit ini dapat dilakukan dengan istirahat, pengobatan, meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah penularan pada orang sekitar antara lain dengan menutup mulut ketika batuk, tidak meludah sembarangan dll. Faktor berkumpulnya banyak orang misalnya di tempat pengungsian korban banjir, juga berperan dalam penularan ISPA.


  • PENYAKIT KULIT

Pada musim banjir kebersihan badan tidak terjaga dengan baik di sertai udara kondisi yang lembab dapat menimbulkan timbul infeksi kulit yang di sebabkan oleh jamur atau bakteri atau penyebab lainnya.


  • PENURUNAN KONDISI PENDERITA PENYAKIT KRONIK

Pada musim hujan yang berkepanjangan dan apalagi bila banjir berhari-hari dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh terutama pada penderita penyakit kronik seperti asma, TB paru, kencing manis , penyakit jantung, hipertensi dll


Berbagai risiko akibat banjir bisa dihindari dengan tindakan pencegahan yang terbagi dalam dua tahap, yakni


Pencegahan Sebelum Banjir:

  • Kerjabakti untuk membersihkan saluran air dan menjaga kebersihan lingkungan

  • Membuang sampah pada tempat sampah

  • Melakukan kegiatan 3 M ( Menguras, Menutup, Menimbun) benda-benda yang dapat menjadi sarang nyamuk aedes aegypti seperti kaleng bekas, drum, ban bekas.

  • Menyediakan bak tempat penyimpan air yang aman dari banjir

  • Menyiapkan obat-obatan dan logistik di dalam rumah dan simpan di tempat yang aman dan tidak terkena banjir

Yang Perlu dilakukan Saat Terjadi Banjir:

  • Matikan aliran listrik dalam rumah

  • Hindari berjalan kaki terutama bila ada luka dan berenang di kawasan banjir

  • Gunakan pelindung misalnya sepatu boot karet bila terpaksa harus keluar

  • Tidak minum atau memasak dengan air banjir

  • Mencuci tangan dengan sabun saat mau makan dan setelah dari kamar mandi

  • Mengungsi ke daerah yang aman bila perlu

  • Minum air yang bersih dan matang


Prepared by: Joko Windoro & dr. Novie Hediyani MKK


SUMBER :

https://www.who.int/

https://www.antaranews.com/berita/812413/jumlah-pengungsi-banjir-bandang-jayapura-bertambah-jadi-9580-orang

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190318160734-20-378405/jumlah-korban-meninggal-banjir-bandang-papua-jadi-79-orang

Penanggulangan Krisis Kesehatan untuk anak sekolah, sudah siapkah kita menghadapi banjir


Cari di Arsip dokterkuonline:

Baca Artikel Lain:

Join our mailing list

Never miss an update

  • Facebook Social Icon
  • Twitter Social Icon
  • Google+ Social Icon
  • Pinterest Social Icon
  • Instagram Social Icon
bottom of page